Menantu Takut Mertua karena Diajak Begituan

ADA mertua celamitan, mungkin hanya Pak Mangku, 60, dari Surabaya. Menantu tinggal di rumahnya justru selalu dirayu untuk begituan. Widyani, 27, pun ketakutan. Karena suami tak mau diajak pindah, akhirnya memilih bercerai. Dalam sidang menantu itu cerita bagaimana sang mertua berkali-kali hendak menggauli.
Mertua sayang menantu banyak, tapi menantu tak sayang dengan mertua juga ombyokan. Semua itu tergantung masalah yang disandang masing-masing. Mertua sayang menantu wanita, biasanya karena dia sama sekali tak punya anak perempuan. Begitu pula mantu sayang sama mertua lelaki, karena si mertua kaya sering memanjakan keinginan sang menantu.
Tapi bagi Widyani yang tinggal di Surabaya, dia tak sudi disayang-sayang mertua lelakinya, Pak Mangku. Sebab kakek yang sudah pensiun ini suka mengintip ketika mandi, bahkan berulang kali Pak Mangku mencoba menggaulinya. Edan apa, istri anak sendiri kok mau dialap (dipakai).
Sekitar 2 tahun Widyani membina rumahtangga dengan Joko, 30, anak tunggal Mbah Mangku. Orangtuanya memang melarang Joko-Widyani misah, karena nanti di rumah jadi sepi. “Sudahlah, kamu nggak usah mikir bikin rumah, toh rumah ini nanti bakal jadi milikmu juga,” kata Mbah Mangku meyakinkan anak dan menantunya.
Secara kasat mata, memang benar kata si kakek ini. Tapi di kebaikan hatinya tersebut, sebagaimana yang diketahui oleh Widyani, itu sekedar basa-basi politik belaka. Dia bisa bilang begitu karena sebetulnya Mbah Mangku sangat bernafsu untuk bisa menikmati tubuh mulus sang menantu, ya bini Joko. Selama Widyani tinggal di rumahnya, peluang selalu terbuka.
Situasi di rumah Mbah Mangku memang sangat menguntungkan. Istri mbah Mangku masih bekerja sebagai PNS, sehingga di rumah hanya sore dan malam hari. Suami Widyani juga PNS yang pulang kerja selalu jam 17.00. Karenanya di rumah hanyalah bapak mertua dengan Widyani. Dalam kondisi seperti ini Mbah Mangku selalu memanfaatkan. Saat si mantu mandi, diintip. Saat ada peluang berdua saja, si kakek selalu mengajak mesum.
Ngeri dengan kelakuan mertua, Widyani selalu minta pindah saja, di rumah kontrakan juga tak apa. Tapi suami tak bersedia, karena selalu terjadi defisit anggaran. Dan Widyani juga tak tega menjelaskan latar belakang masalah sebenarnya. Sebab Widyani tak mau merusak hubungan antar besan. Akhirnya, untuk membatasi gerak mertua, Widyani setiap pagi pilih ke rumah orangtua sendiri di Waru, Sidoarjo. Pulang ke rumah baru sore hari ketika suami dan mertua wanita sudah pulang.
Hidup selalu dalam sandiwara, menjadikan Widyani tak betah. Lantaran suami tetap ngotot alkhotot tak mau pindah, Widyani milih bercerai saja. Lewat Pengadilan Agama Surabaya perceraian itu diproses. Namun majelis hakim bingung, apa yang menjadi motif perceraian tersebut. Baru setelah didesak-desak, dia berterus terang, di rumah mertua lelaki suka mengintip dirinya mandi dan berulang kali mengajak berbuat tak senonoh.
Baru senonoh saja sudah takut, bagaimana dengan seribu nonoh? (JPNN/Gunarso TS)
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus